Tuesday, December 25, 2012

Udang Putih | Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di sebut juga dengan udang putih yang merupakan sumber daya ikan golongan Crustacea. Udang ini merupakan spesies asli dari perairan Amerika Tengah. Resmi diperkenalkan dan dibudidayakan di Indonesia pada tahun 2000. Hal yang menggairahkan kembali pada usaha pertambakan di Indonesia pada saat ini yang sebelumnya mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit bintik putih (white spot) pada budidaya udang windu (Penaeus monodon). Penyebaranya meliputi Pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah dan Selatan Amerika. Wilayah dengan suhu air secara umum berkisar di atas 20 derajat celcius sepanjang tahun dan merupakan tempat populasi udang vanname berada.

Udang vannamei digolongkan ke dalam genus Penaid pada filum Artrhopoda. Terdapat ribuan spesies dari filum ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea. Ciri ciri subfilum Crustacea, mamiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terugtama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus shinensis, Litopenaeus indicus, Litopenaeus japonicus, L. monodon, Litopenaeus stylirostris dan Litopenaeus vannamei. 

Morfologi Udang Vannamei | http://lanwebs.lander.edu
Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostrata
Subkelas : Eumalacostrata
Superordo : eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachita
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei.

Vannamei termasuk dalam crustacea yang tergolong dalam ordo Decapoda seperti halnya lobster dan kepiting serta udang udang lainnya. Kata Decapoda berasal dari kata deca = 10, poda = kaki, hewan ini juga memiliki karapas yang berkembang menutupi bagian kepala dan dada menjadi satu (chepalothorax). Famili Penaeidae yang menetaskan telurnya di luar tubuh, setelah dikeluarlakan oleh betina dan udang ini juga mempunyai tanduk (rostrum).

Genus penaeus yang ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum juga ditandai dengan hilangnya bulu cambuk (satae) pada tubuhnya. secara khusus udang ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Subgenus Litopenaeus, yang ditandai dengan adanya organ seksual (thelycum) yang terbuka tanpa adanya tempat penampung sperma pada spesies betina.

Udang vannamei termasuk golongan hewan omnivora yaitu memakan segala, baik dari bahan hewani maupun nabati. Beberapa sumber makanannya antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. 


Meraka mencari  dan mengidentifikasi makanannya menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor. Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi kimiawi yang di tangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakannya.

Untuk mendekati sumber pakannya, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung yang didapatkannya langsung di kepit mnggunakan kaki jalannya kemudian di masukan kedalam mulut. Pakan yang berukuran kecil akan masuk kedal keronggkongan dan ensophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulutnya. Udang akan berhenti makan apabila mereka sudah kenyang.

Semua golongan arthropoda termasuk udang mengalami pergantian kulit atau disebut dengan molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik mereka akan melepaskan jaringan penghubung antara epidemis dan kutikula ekstraseluler, udang segera melepaskan diri dari kutikula atau cangkang, kemudian menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral protein.


Proses molting pada udang akan menghasilkan peningkatan ukuran tubuhnya (pertumbuhan) secara kontinyu dan secara berkala. Ketika molting tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.

Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya sangat lemah kulit luarnya belum mengeras. Udang pada saat milting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.

Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang introduksi yang diminati oleh petambak budidaya saat ini, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakannya rendah (FCR 1:1,3).

Udang vannamei umumnya dibudidayakan secara intensif dan semi intensif. Pada salah satu sumber dituliskan dalam hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan pola tradisional. Ukuran panen yang dihasilkan lebih besar sehingga harga perkilo gramnya menjadi lebih mahal (kkp.go.id).

Gambar kegiatan panen udang Vannamei

 
















Reverensi :
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7519/BUDIDAYA-UDANG-VANNAMEI
http://mengenaludangwindu.blogspot.com/2009/04/mengenal-udang-putih-vanamei.html
http://sciencedesmus.blogspot.com/2012/05/udang-vannamei.html
http://lanwebs.lander.edu/faculty/rsfox/invertebrates/farfantepenaeus.html
Gambar : Setiyo Meitri, Ardiyansah & Baudan Marius, PKL III Semester IV Politeknik N Pontianak, Tambak Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), PT. Aquatica Intiraya Prima; Mempawah, Kab. Pontianak, Kal-Bar, Juli 2012. 

0 comments:

Post a Comment